Popular Posts

Minggu, 15 Januari 2017

PANGERAN MANGKUBUMI NEMBING KAPAL




Foto selanjutnya dibawah ini adalah makam bersejarah yg perlu mendapat perhatian!
Dalam sejarah, tokoh pahlawan Kesultanan Palembang yg sakti & gagah berani ini dikenal dgn Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal[1] bin Sayid Mustafa Assegaf Pangeran Purba Negara bin Sayid Ahmad Assegaf Kiai Pati. Asal usul keluarga leluhurnya merupakan pembesar dan Raja-raja di Jambi.
Ayahnya, Sayid Mustafa Assegaf yg bergelar Pangeran Purba Negara l Raden Santeri, adalah Imam Besar Masjid Lama di Keraton Beringin Janggut & sekaligus guru spiritual Suhunan Abdurrahman Candi Walang, oleh karenanya makamnya berdampingan dg Sultan Abdurrahman di astana Candi Walang (imam kubur). Sedangkan ibunya adalah Ratu Mas Arya anak Pangeran Madi Angsoko.
Dizaman pemerintahan Pangeran Siding Rajek (1652-1659) dan Suhunan Abdurrahman Candi Walang (1659-1706), ia menjabat sebagai Mangkubumi. Selain itu banyak pula tugas & jabatan lain yg diembannya, seperti:
- Ulama militan Kesultanan Palembang.
- Menantu Pangeran Siding Rajek.
- Jubir Kerajaan.
- Duta Diplomasi Kesultanan Palembang utk VOC.
- Panglima Pasukan Sabilillah, dll.

Ia mendapat gelar Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal oleh baginda Pangeran Siding Rajek, mertuanya sendiri. Gelar "Nembing Kapal" (memiringkan kapal) mempunyai kisah heroik tersendiri. Dalam buku Sejarah Melayu Palembang (RM. Akib), dikisahkan pd th 1658, ia diutus oleh baginda menjadi jubir/duta kesultanan utk mengadakan perundingan dg VOC Belanda terkait ttg kontrak perniagaan timah, lada & kopi di atas kapal VOC di Sungai Musi. Setelah tiba di kapal, ketika ia akan naik, terlebih dahulu ia meminta kepada orang kapal itu utk memindahkan meriam yg besar2 dan benda yg berat2 dlm kapal tsb, karena ia khawatir nanti kapal itu akan tenggelam. Namun, kapiten kapal berkata: "Tidak apa tuan Pangeran boleh naik saja, sebab ini kapal besar, mustahil tuan bisa memiringkan ini kapal". Pangeran Mangkubumi diam saja, dan barulah ia melangkahkan sebelah kakinya, bergemuruhlah kapal itu miring akan karam. Lalu kapiten kapal itu dg takutnya berkata: "Ampun tuan Pangeran, nantilah sebentar kami pindahkan itu meriam. " Setelah dipindahkan semua meriam2 itu barulah dapat ia naik ke kapal dan dibuatlah kontrak perdagangan. Sepulangnya Pangeran Mangkubumi, maka bergegaslah kapal itu menaikkan jangkarnya & berlayarlah lari ketakutan meninggalkan Palembang. Pikir kapiten Belanda: "Sedangkan seorang saja dapat mengkaramkan sebuah kapal dg mudahnya juga, apalagi sekian banyak orang Palembang". Dari peristiwa inilah, maka ia dinamai Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal.

Selama hayatnya ia menikah dgn R.A. Mangkubumi bt Pangeran Siding Rajek, & memperoleh 8 putra-putri. Makam Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal terletak diatas tebing komplek pemakaman Ki. Gede ing Suro di Lrg H. Umar 3 ilirPalembang.
-------------

Sumber:
https://www.facebook.com/hermansuryanto.muhammaddiah/posts/1797707737145823
Diskusi Sejarah dan Budaya bersama Kms. H. Andi Syarifuddin (KHAS)Plg, 6 Januari 2017


[1] Ditinjau dari toponimi, kemungkinan griya tempat tinggal keluarga beliau dulunya adalah di samping kiri kraton Beringin Janggut menghadap ke sungai Musi, saat ini menjadi nama jalan Kebumen 16 Ilir (dari kata tempat Mangkubumi). Sedangkan ayahandanya di tempat yang bersebelahan dengan nama lorong Purban (dari kata Purba Negara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar