BP-Palembang, 16/10/2017.
Syekh Kemas Ahmad Bin Abdullah adalah Ulama besar Masjid Agung,
Palembang, tokoh Sufi dan Waliyullah. Nama lengkapnya adalah Kemas Ahmad
bin Kemas Abdullah bin Kems Nuruddin bin Kemas Syahid bin Sunan Kudus.
Di lahirkan di Palembang pada tahun 1735.
Pengamat sejarah kota Palembang, Kms. H. Andi Syarifuddin, Anak Sunan
Kudus yang bernama Kemas Syahid bergelar Penembahan Palembang, hijrah
dari pulau Jawa ke Palembang ketika terjadi perang saudara antara Demak
dan Pajang yang mengakibatkan mengungsinya sekelompok anggota keluarga
pelarian politik Demak.
“Dahulu Palembang dan Demak masih mempunyai hubungan keluarga. Pada
saat Panembahan Palembang Raden Fatah menjadi Raja Demak (1478-1518),
beliau berhasil memperbesar kekuasaannya dan menjadikan Demak Kerajaan
Islam pertama di Jawa, akan tetapi kerajaan Demak tidak dapat bertahan
lama karena terjadinya perang saudara . setelah kerajaan Demak mengalami
kemunduran muncullah Kesultanan Pajang.
Penyerangan
Kesultanan Pajang ke Demak mengakibatkan sejumlah bangsawan Demak
melarikan diri kembali ketanah asal nenek moyangnya yaitu Palembang.
Rombongan dari Demak yang berjumlah 80 orang ini di kepalai oleh KI.
Sedo Ing Lautan (1547-1552) menetap di Palembang Lama dan mendirikan
Keraton Kuto Gawang (1 ilir/Pusri Sekarang). Begitulah asal usul
keluarganya,” katanya, Senin (16/10).
Sedangkan datuknya, Kemas Nuruddin di angkat menjadi Pangeran di
Kesultana Palembang Darussalam. Kms. Ahmad dibesar kan dalam lingkungan
keratin, dididik sedemikian rupa untuk menjadi seorang ulama.
Disamping belajar kepada ayahnya, ia juga mendapat gembelengan dari
ulama-ulama besar Palembang waktu itu. Sahabat karibnya adalah Syekh
Abdus Somad dan Syekh Muhammad Muhyiddin, oleh karena itu guru-guru KMS.
Ahmad ini sama juga dengan guru-guru kedua sahabatnya itu.
“Oleh
Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikrama (SMB I), tiga serangkai ini di
berikan bea siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke tanah Arab,”
katanya.
Di madinah, tiga serangkai ini menjadi murid utama Syekh Muhammad
Samman, sehingga mereka di beri Ijazah untuk menyebarkan Tarekat
Sammaniyah kepada siapa saja yang ingin mengambil tarekat zikir
tersebut.
Selain seorang ulama , KMS. Ahmad juga adalah seorang penulis , salah satu dari karangannnya adalah ”Hikayat Andaken Penurat” yang sampai sekarang naskahnya banyak tersimpan di perpustakaan luar negeri terutama di Belanda dan London.
Selain seorang ulama , KMS. Ahmad juga adalah seorang penulis , salah satu dari karangannnya adalah ”Hikayat Andaken Penurat” yang sampai sekarang naskahnya banyak tersimpan di perpustakaan luar negeri terutama di Belanda dan London.
“Sampai usia tuanya ia kembali dan berdakwah di tanah kelahirannya
Palembang, berbeda dengan Syekh Abdus Somad yang kebanyakan berdakwah di
Timur Tengah sampai akhir hayatnya. Kemas Ahmad wafat dalam tahun1800
dan di makamkan di Gubah Talang Keranggo, Komplek Pemakaman yang di
bangun oleh SMB I yang di peruntukan bagi kerabat Kesultanan,” katanya.
Kms.
Ahmad bin Abdullah menurutnya, memiliki beberapa orang anak yang juga
sebagai pengamal dan penyair Ratib Samman, namun yang terkenal di
kalangan masyarakat antara lain adalah :
1. Kms.M. Said, seoarang Syuhada yang gugur dalam pertempuran Palembang dengan Belanda pada tahun 1819, di makamkan di Gubah Talang Keranggo.
2. Kms. Muhammad (1764 – 1837) menjadi guru dan mertua Sultan Mahmud Badaruddin II, juga di makamkan di Talang Keranggo.
3. Kms. Muhammad Arsyad, ulama Kesultanan , di makamkan di Talang Keranggo.
4. Kms. H. Abdullah (1775-1848) juga seorang ulama, pengarang dan pencetak kitab suci Al Quran , wafat di Mekkah tahun 1874, yang berputrakan Syekh Kemas H. Muhammad Azhari Pedatuan.
Melaului Syekh Kms. Ahmad bin Abdullah ini pulahlah, Ratib Samman berkembang di Palembang sampai sekarang. #osk
1. Kms.M. Said, seoarang Syuhada yang gugur dalam pertempuran Palembang dengan Belanda pada tahun 1819, di makamkan di Gubah Talang Keranggo.
2. Kms. Muhammad (1764 – 1837) menjadi guru dan mertua Sultan Mahmud Badaruddin II, juga di makamkan di Talang Keranggo.
3. Kms. Muhammad Arsyad, ulama Kesultanan , di makamkan di Talang Keranggo.
4. Kms. H. Abdullah (1775-1848) juga seorang ulama, pengarang dan pencetak kitab suci Al Quran , wafat di Mekkah tahun 1874, yang berputrakan Syekh Kemas H. Muhammad Azhari Pedatuan.
Melaului Syekh Kms. Ahmad bin Abdullah ini pulahlah, Ratib Samman berkembang di Palembang sampai sekarang. #osk
----------------------------
Sumber :
Buku 101 Ulama Sumsel, Penulis Ustadz Kms. H. Andi Syariffudin S.Ag.
http://beritapagi.co.id/2017/10/16/syekh-kemas-ahmad-bin-abdullah-sang-ulama-besar-masjid-agung-palembang.html